Fenomena learning loss yang terjadi akibat adanya pandemi covid-19, menjadi salah satu faktor yang mendorong sekolah offline kembali dilangsungkan. Meski begitu, sebenarnya cukup banyak orang tua yang masih ragu untuk melepas buah hatinya mengikuti pembelajaran luring di kondisi seperti ini. Oleh karena itu, sebaiknya ketahui risikonya berikut ini untuk membantu meminimalisir.
Resiko dari Kegiatan Sekolah Tatap Muka
1. Risiko Rendah
Apabila sekolah tempat buah hati anda menuntut ilmu mempunyai ruangan dengan ventilasi baik seperti pintu atau jendela yang dibuka, diprediksi bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan langsung di sekolah mempunyai risiko penularan yang rendah. Bahkan risiko tersebut akan turun menjadi 4% apabila durasi pembelajaran tatap muka dikurangi menjadi 1 jam.
Dan apabila jumlah peserta didik yang mengikuti pembelajaran dalam satu ruangan berkurang, maka risiko penularan yang ada pun akan ikut turun. Tujuan dari pengurangan jumlah siswa dalam satu ruangan kelas dan pengurangan durasi belajar ini, dilakukan untuk meminimalisir risiko penularan virus corona lewat droplet maupun aerosol.
2. Risiko Sedang
Apabila semua orang yang berada di dalam kelas menggunakan masker, baik itu peserta didik maupun tenaga pendidik, maka kegiatan pembelajaran sekolah offline diprediksi memiliki risiko sedang. Dimana risiko murid yang tertular akan turun menjadi 20%, atau nilai ini setara dengan 4 sampai 5 orang siswa. Meski begitu, risiko terkait siapa yang terinfeksi tentu tidak dapat diprediksi.
3. Risiko Tinggi
Ketika semua orang di dalam kelas menggunakan masker, maka risiko penularan berada di tingkat sedang. Sebaliknya, sekolah yang tidak menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran sudah tentu mempunyai risiko penularan tinggi. Misalnya ruangan kelas memiliki sirkulasi udara yang buruk, dan orang orang didalamnya tidak menggunakan masker dengan benar.
Bahkan meskipun pembelajaran hanya dilangsungkan selama 2 jam saja, risiko penularannya tetap tinggi jika kondisi sekolah seperti itu. Diprediksi bahwa sekolah yang tidak menerapkan protokol kesehatan berpotensi membuat 50% siswa terinfeksi, atau sekitar 12 orang peserta didik.
4. Risiko Sangat Tinggi
Sekolah offline yang memiliki tenaga pendidik dalam kondisi sakit akan membuat risiko penularan sangat tinggi. Pasalnya sebagai guru, mereka akan banyak berbicara sepanjang kelas. Itu berarti kemungkinan penularan lewat droplet akan sangat tinggi. Sehingga lebih dari 50% murid bisa terinfeksi.
5. Risiko Bukan Hanya dari Sekolah
Perlu diketahui, bahwa risiko penularan virus corona tidak hanya dapat terjadi di sekolah saja. Di masa pandemi seperti ini, bahkan tidak ada satupun situasi yang 100% aman di luar ruangan. Jadi di tempat les, kompleks perumahan, bahkan di perjalanan menuju sekolah pun anak bisa berpotensi tertular virus.
Melihat dari ulasan di atas, bisa disimpulkan bahwa bukan hanya area di sekolah saja yang berisiko menularkan virus corona. Sehingga cara untuk meminimalisir resiko tersebut adalah dengan menerapkan protokol kesehatan ketat, dan memilih sekolah yang tepat seperti Sekolah Murid Merdeka (SMM). Pasalnya SMM menerapkan pembelajaran 0nline dan offline, sehingga risikonya jauh lebih kecil.